DIGIMEDIA.ID – Musim kemarau selain dikenal dengan kondisi kering yang menyiksa, juga membawa peningkatan populasi nyamuk yang kerap kali mengganggu keseharian.
Gigitan nyamuk yang tak hanya membuat gatal, namun juga suaranya yang mengganggu, menjadi momok bagi banyak orang. Namun, sebuah terobosan menarik datang dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam upaya mengatasi permasalahan ini.
Pada tahun 2013, seorang mahasiswa Teknik Mesin di Fakultas Teknik UGM, Agus Wigardi, bersama dengan timnya, berhasil mengembangkan Robotack-O-Mos, sebuah robot pengusir nyamuk yang menggabungkan inovasi teknologi dengan sentuhan seni khas Yogyakarta.
Melalui pendekatan yang kreatif ini, mereka berhasil meraih medali emas dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXVI yang diadakan di Mataram pada bulan September tahun yang sama.
Seperti yang dilansir dari ugm.ac.id, Robotack-O-Mos menggunakan gelombang ultrasonik, gelombang dengan frekuensi tinggi yang dapat dirasakan oleh nyamuk. Gelombang ini mengganggu sistem navigasi nyamuk dan membuatnya menjauh dari area yang ditempati oleh robot.
Robot ini memiliki bentuk unik yang menggabungkan komponen-komponennya dalam sebuah lampu hias. Ketika diaktifkan, lampu ini berputar hingga 180 derajat sambil memancarkan gelombang ultrasonik, menjauhkan nyamuk dengan efektif.
Tidak hanya berfungsi sebagai pengusir nyamuk, Robotack-O-Mos juga memiliki elemen seni yang memperindah lingkungan sekitar. Lampu robot ini dihiasi dengan ukiran yang menggambarkan ikon-ikon khas Yogyakarta, seperti keraton, Gunung Merapi, dan Candi Prambanan.
Dengan demikian, alat ini tak hanya memberikan manfaat fungsional, tetapi juga menjadi hiasan estetis yang memperkaya lingkungan.
“Kami berharap Robotack-O-Mos dapat menjadi solusi yang efektif dalam menekan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, cikungunya, dan filariasis, yang telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat Indonesia,” ujar Agus Wigardi, pencipta Robotack-O-Mos.
Selain inovasi robotik, ada juga beberapa cara lain yang dapat diambil untuk mengusir nyamuk, seperti menghilangkan genangan air yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk, membersihkan pekarangan dari tumpukan daun dan kotoran yang dapat menjadi tempat persembunyian nyamuk, serta menutupi benda-benda yang dapat menampung genangan air. Dalam situasi yang lebih parah, bantuan perusahaan pengendalian hama profesional dapat dihubungi.
Dengan langkah-langkah pencegahan sederhana, seperti menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan pengusir nyamuk alami, dan melindungi diri dengan pakaian yang tepat, masyarakat dapat mengurangi risiko gigitan nyamuk dan penularan penyakit. Dengan demikian, meskipun musim kemarau membawa tantangan, masyarakat dapat tetap menjalani aktivitas dengan nyaman dan bebas dari gangguan nyamuk. (*)