DIGIMEDIA.ID – Menunggu sahur di hari kedua bulan puasa, suasana dini hari terasa tenang. Hanya suara pengajian dari masjid terdengar sayup-sayup dari kejauhan.
Di meja, secangkir kopi hampir habis, sementara temanku terlihat sibuk menatap laptopnya, sesekali menghela napas.
“Bro, bisa nggak satu domain pakai dua hosting? Kalau yang satu mati, otomatis pindah ke yang lain?” tanyanya, frustrasi setelah mendapati websitenya tak bisa diakses.
Aku mengangguk. “Bisa. ini sebenarnya sudah banyak yang pakai, namanya failover hosting.”
“Gimana cara kerjanya?”
Failover hosting memungkinkan satu domain dihubungkan ke dua server. Jika server utama mengalami gangguan, lalu lintas akan dialihkan ke server cadangan.
Salah satu metode paling umum adalah DNS failover, di mana domain bisa dikonfigurasi dengan dua alamat IP berbeda.
Jika sistem mendeteksi server utama tidak merespons, pengunjung akan otomatis diarahkan ke server kedua.
Temanku masih terlihat ragu. “Berarti harus nunggu DNS berubah dulu, ya? Itu kan lama.”
Aku mengangguk lagi. “Iya, makanya ada solusi yang lebih cepat, pakai load balancer.
Load balancer seperti Nginx atau HAProxy akan mendistribusikan lalu lintas ke beberapa server.
Kalau satu mati, server lain langsung ambil alih, tanpa harus nunggu propagasi DNS.”
Dia mengernyitkan dahi. “Tapi itu mahal, kan?”
Tergantung. Kalau pakai layanan premium, biasanya ada fitur IP failover, yang memungkinkan IP utama dialihkan ke server lain tanpa perlu perubahan DNS.
Tapi kalau mau lebih murah, ada solusi yang lebih fleksibel.
“Misalnya?”
Aku menarik napas sebelum menjawab. “Misalnya, bikin server cadangan sendiri di rumah.”
“Serius? Bisa?”
Bisa, tapi ada beberapa hal yang harus disiapkan. Pertama, koneksi internet dengan IP publik.
Kalau ISP hanya memberi IP dinamis, solusinya pakai Dynamic DNS (DDNS) biar domain tetap mengarah ke IP yang benar.
Kedua, perangkat servernya—bisa pakai PC, Raspberry Pi, atau dedicated server kecil dengan sistem operasi server seperti Ubuntu atau CentOS.
Temanku mulai terlihat tertarik. “Tapi listrik di rumah kan nggak stabil. Gimana kalau mati?”
“Solusinya pakai UPS (Uninterruptible Power Supply) supaya server tetap nyala saat listrik padam. Kalau listrik mati lama, ya harus siapin genset kecil.”
“Terus, internetnya? Kalau lemot?”
“Ya itu tantangannya. Harus pakai provider yang stabil. Kalau upload speed kecil, jangan berharap server bisa menampung banyak pengunjung.”
Dia mengangguk pelan, masih mencerna penjelasanku. “Tapi kalau server rumah bisa diakses publik, berarti rentan serangan dong?”
“Makanya harus ada firewall, enkripsi SSL, dan sistem backup. Kalau nggak hati-hati, bisa aja kena serangan DDoS atau kebobolan hacker.”
Dia bersandar di kursinya, tampak berpikir. “Kalau gitu, lebih aman mana? Pakai server cadangan di rumah atau tetap pakai hosting premium?”
Aku tersenyum. “Balik ke kebutuhan. Kalau buat website pribadi dengan traffic kecil, server rumah bisa jadi solusi murah. Tapi kalau bisnis atau website besar, lebih aman pakai hosting premium dengan fitur failover.”
“Oke, berarti gue harus pikir-pikir dulu sebelum ambil keputusan.” kata temanku sambil menghela napas panjang.
Sahur sudah siap. Percakapan soal server sementara ditutup, tapi aku tahu, pikirannya masih berkutat di sana.
Namun sebelum bangkit dari kursi, aku menambahkan, “Kalau mau solusi yang lebih fleksibel, ada satu opsi lain, cloud hosting.”
Dia menatapku dengan penuh minat. “Cloud hosting? Bedanya apa?”
“Cloud hosting itu beda dengan shared hosting atau VPS biasa. Alih-alih bergantung pada satu server fisik, data website disimpan di beberapa server dalam jaringan cloud. Jadi kalau satu server gagal, sistem otomatis mengalihkan ke server lain dalam cloud tanpa downtime.”
“Berarti lebih aman?”
“Jauh lebih aman. Cloud hosting biasanya pakai load balancer bawaan, jadi failover terjadi otomatis tanpa ribet atur DNS atau server fisik. Cocok buat website bisnis atau aplikasi dengan trafik tinggi.”
Dia mengangguk, tampak lebih tenang. “Kayaknya gue bakal pertimbangkan itu juga.”
Aku tersenyum. tampaknya sahur kali ini bukan cuma tentang ibadah, tapi juga strategi agar website tetap online tanpa gangguan.(*)