DIGIMEDIA.ID – Nasib ratusan siswa SMK Kesehatan Bina Bakti Nusantara Gorontalo kini terkatung-katung, hal ini diakibatkan karena konflik internal yang melanda yayasan yang menaungi sekolah tersebut.
Aktivitas belajar mengajar terganggu, bahkan sekolah sempat ditutup oleh pihak-pihak yang mengklaim sebagai bagian dari yayasan.
Sementara itu, para siswa dan guru terancam kehilangan tempat untuk melanjutkan pendidikan dan pekerjaan mereka.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Gorontalo, Rusli Nusi prihatin dan mengaku terus memantau perkembangan situasi ini.
Rusli meminta pihak yayasan untuk lebih mengutamakan nasib siswa dan guru yang terkatung-katung, sementara perselisihan di internal yayasan terus bergulir.
“Kami sangat menyayangkan penutupan sekolah yang tentu saja mengganggu proses belajar mengajar. Kami tak ingin terlalu jauh mencampuri urusan internal yayasan, namun yang paling utama adalah nasib siswa dan guru yang harus segera diperjelas,” tegas Rusli, Rabu (18/9/2024),
Konflik yang melanda Yayasan SMK Kesehatan Bina Bakti Nusantara bukan perkara baru.
Perselisihan bermula dari pergantian pengurus yayasan yang didirikan oleh Yetty Lamadlauw berdasarkan akta nomor 15 tahun 2010.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, susunan kepengurusan itu diubah melalui akta nomor 43 pada 2 November 2021 tanpa menyertakan Yetty sebagai salah satu pengurus.
Pergantian pengurus ini memicu perselisihan yang akhirnya menyeret masalah ke ranah hukum.
“Konflik ini bergulir mulai dari Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi hingga ke Mahkamah Agung. Kami telah menerima salinan putusan MA yang pada intinya menolak permohonan pihak pemohon, dan ini berarti ibu Yetty sebagai pendiri yang memenangkan sengketa ini,” ungkap Rusli Nusi.
Meski secara hukum permasalahan sudah diputuskan, dampak yang dirasakan oleh para siswa dan guru masih terasa.
Proses belajar mengajar tidak berjalan sebagaimana mestinya. Nasib 277 siswa, termasuk siswa kelas XII yang akan menghadapi ujian akhir, masih terombang-ambing tanpa kejelasan.
Rusli menjelaskan bahwa pihak Dinas Pendidikan telah berusaha beberapa kali memediasi pihak-pihak yang berseteru.
Upaya mediasi tersebut belum juga membuahkan hasil. Konflik yang melibatkan tanah dan kepengurusan yayasan terus berlarut, sementara ratusan siswa harus menunggu di tengah ketidakpastian.
“Sudah beberapa kali kami memediasi konflik ini, tetapi sampai saat ini belum ada solusi. Tanah sekolah ini adalah milik almarhum Pak Keppe, saudara kandung ibu Yetty, dan kini ahli warisnya ikut terlibat dalam perkara ini.” tutur Rusli.
Konflik internal ini tidak hanya berdampak pada siswa, tetapi juga guru yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.
Disdikbud mencatat terdapat 35 guru yang mengajar di SMK Kesehatan, terdiri dari delapan guru PNS dan tiga guru honorer yang dibiayai oleh pemerintah provinsi, serta 24 guru yayasan dan tiga honorer sekolah.
Selain itu, ada lebih dari 277 siswa yang sangat membutuhkan kejelasan terkait kelangsungan pendidikan mereka.
“Siswa kelas XII, khususnya, sebentar lagi akan menghadapi ujian akhir. Mereka butuh kepastian apakah bisa melanjutkan persiapan ujian atau tidak. Situasi seperti ini sangat tidak kondusif bagi perkembangan pendidikan mereka,” tambahnya.
Rusli berharap konflik internal yayasan segera diselesaikan, agar para siswa dan guru dapat kembali menjalani aktivitas belajar mengajar dengan tenang.(*)