DIGIMEDIA.ID – Dalam suasana peringatan Hari Sumpah Pemuda, Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO) menggagas momen langka, sebuah debat akademis yang mempertemukan calon-calon gubernur Gorontalo untuk bertukar gagasan dan visi tentang masa depan pendidikan.
Diselenggarakan oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Gorontalo bersama Angkatan Muda Muhammadiyah, acara tersebut berhasil mengundang tiga kandidat, yaitu Marten Taha yang mewakili pasangan Tonny Uloli, Nelson Pomalingo, dan Hamzah Isa.
Kegiatan yang berlangsung di Gedung Indoor David Bobihoe Akib UMGO ini tidak hanya menjadi ajang adu gagasan, namun juga wadah bagi civitas akademika menilai seberapa jauh calon gubernur memahami masalah yang ada dalam dunia pendidikan Gorontalo.

Mengusung tema “Carut Marut Dunia Pendidikan Gorontalo, Apa Komitmen Pasangan Calon?”, debat ini dimoderasi oleh Wakil Rektor III UMGO sekaligus Ketua LHKP, Dr. Apris Ara Tilome.
Dalam sambutannya, Prof. Abd. Kadim Masaoang, Rektor UMGO, menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif Angkatan Muda Muhammadiyah.
Menurutnya, keterlibatan mahasiswa dan kader Muhammadiyah dalam debat ini menandakan pentingnya generasi muda dalam mengawal masa depan pendidikan.
Generasi mendatang membutuhkan kebijakan yang tidak hanya menjamin akses pendidikan, tetapi juga peningkatan kualitas dan kesiapan menghadapi bonus demografi,” lanjut Prof Kadim.
Debat ini menyisakan ruang bagi tiga kandidat untuk memaparkan pandangan dan komitmen mereka dalam memperbaiki sistem pendidikan.
Seluruh mahasiswa dari berbagai program studi di UMGO tampak antusias mengikuti jalannya debat ini.
Banyak dari mereka yang berharap bahwa para calon pemimpin ini dapat memberikan solusi nyata untuk permasalahan pendidikan di Gorontalo.
Beberapa mahasiswa bahkan terlibat aktif dalam sesi tanya jawab, menantang para kandidat dengan pertanyaan kritis mengenai komitmen mereka di bidang beasiswa, pengurangan biaya pendidikan, hingga strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah di daerah terpencil.
Dengan tingginya harapan dari para mahasiswa dan masyarakat, debat ini menjadi cerminan betapa pentingnya pendidikan bagi generasi mendatang.
Namun, pertanyaannya tetap, seberapa besar komitmen yang akan diwujudkan dari gagasan-gagasan yang dilontarkan dalam forum akademis.(*)