Scroll Untuk Tutup Iklan
Ekonomi

Stok Kacang Tanah Lokal Habis, Pedagang Gorontalo Andalkan Pasokan dari Surabaya dan Sulsel

551
×

Stok Kacang Tanah Lokal Habis, Pedagang Gorontalo Andalkan Pasokan dari Surabaya dan Sulsel

Sebarkan artikel ini
Illustrasi Kacang Tanah.

DIGIMEDIA.ID – “Stoknya bukan hanya kurang, tapi belum ada panennya. Karena panen kacang ini antara tiga bulan sampai empat bulan. Sekarang ini tinggal pasokan dari Surabaya, sudah ada juga dari Sulawesi Selatan yang mungkin akan masuk dalam waktu dekat ini,” kata Abdul Karim Hasan, pedagang kacang tanah di Pasar Sentral Kota Gorontalo, minggu, (15/09/2024).

Abdul Karim tak sendiri, banyak pedagang kacang tanah di Gorontalo kini bergantung pada pasokan dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Kondisi ini disebabkan oleh kelangkaan stok kacang tanah yang diproduksi oleh petani lokal di Gorontalo. Hingga saat ini, belum ada panen yang bisa diandalkan untuk memenuhi permintaan pasar.

Kacang tanah, yang biasanya menjadi komoditas andalan mengalami penurunan drastis dalam jumlah ketersediaan.

Para petani setempat menghadapi siklus tanam yang membutuhkan waktu antara tiga hingga empat bulan untuk panen, dan saat ini, proses panen belum berlangsung.

Kelangkaan ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Beberapa faktor seperti cuaca yang tidak menentu dan pergantian musim tanam mempengaruhi jadwal panen.

Selain itu, sistem pertanian yang bergantung pada pola cuaca tradisional turut menyulitkan petani untuk memprediksi kapan waktu terbaik untuk menanam dan memanen.

Akibatnya, ketika permintaan konsumen terhadap kacang tanah meningkat, pasokan di lapangan justru tidak mampu mengimbangi.

Tidak adanya stok lokal bukan hanya membuat pedagang seperti Abdul Karim harus lebih kreatif dalam mengelola distribusi, tetapi juga menghadapi tantangan dalam menjaga stabilitas harga.

Dengan mengandalkan pasokan dari Surabaya dan Sulawesi Selatan, dua daerah yang tengah memasuki musim panen, pedagang dapat mempertahankan ketersediaan di pasar Gorontalo.

Namun, tantangan berikutnya muncul dalam hal penetapan harga.

“Soal harga, itu tergantung kualitas barangnya bagaimana. Kalau bagus kualitasnya, harganya juga agak tinggi, ya sekitar 31 ribu rupiah per kilogram,” beber Abdul Karim, menjelaskan bahwa penyesuaian harga terjadi seiring dengan kualitas kacang tanah yang dibeli.

Kacang tanah berkualitas tinggi dari luar daerah tentu memiliki harga yang lebih mahal, sehingga harga jual di pasar Gorontalo pun ikut naik.

Memang, pedagang harus mampu menyesuaikan harga pembelian dengan kualitas barang. Kacang tanah yang didatangkan dari luar daerah memiliki variasi kualitas yang beragam, tergantung pada hasil panen dan penanganan di lokasi asalnya.

Harga kacang tanah berkualitas lebih rendah, misalnya, berada sedikit di bawah kisaran Rp31 ribu per kilogram.

Meskipun harga kacang tanah mengalami fluktuasi, Abdul Karim menuturkan bahwa minat masyarakat Gorontalo terhadap komoditas ini tidak menunjukkan penurunan signifikan.

“Untuk peminat biasa-biasa saja. Kalau mereka beli untuk dibuat saus, mau mahal dengan tidak mereka tetap membeli,” tandasnya.

Permintaan kacang tanah di Gorontalo sebagian besar didorong oleh kebutuhan untuk membuat saus khas lokal yang berbahan dasar kacang.

Masyarakat tetap mengonsumsi kacang tanah meski harga melonjak, terutama karena bahan ini merupakan komponen penting dalam berbagai hidangan tradisional.

Namun, Abdul Karim dan pedagang lainnya tetap waspada terhadap potensi penurunan permintaan jika situasi kelangkaan ini berlangsung lama.

Di sisi lain, mereka juga berharap panen lokal segera berlangsung agar tidak terus bergantung pada pasokan dari luar daerah yang rentan terhadap kenaikan harga.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

UMGO

Maaf, Halaman ini Tidak Bsa Di Copy