Scroll Untuk Tutup Iklan
Gorontalo

Lima Budaya Gorontalo Masuk dalam WBTB Indonesia

402
×

Lima Budaya Gorontalo Masuk dalam WBTB Indonesia

Sebarkan artikel ini
Penjagub Gorontalo Ismail Pakaya memberikan arahan pada pembukaan seminar dan workshop Bangga Budaya Indonesia di Rumah Adat Dulohupa, Kota Gorontalo, Kamis (14/9/2023). (Foto : Haris)

DIGIMEDIA.ID – Lima aspek budaya berharga dari Gorontalo mendapatkan pengakuan istimewa tahun ini saat Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek menetapkannya sebagai Warisan Budaya Tak benda (WBTB) Indonesia.

Dengan penambahan ini, totalnya kini terdapat 49 elemen budaya Gorontalo yang telah diakui sebagai bagian penting dari warisan budaya nasional.

Pengumuman ini mengundang pertanyaan tentang langkah selanjutnya dalam memelihara dan menghargai warisan budaya ini.

Penjabat Gubernur Gorontalo, Ismail Pakaya, mengungkapkan pandangan pentingnya memperhatikan empat aspek utama: perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan.

Ini menjadi tantangan bersama dalam upaya mempertahankan kekayaan budaya yang sangat berharga.

Lima elemen budaya Gorontalo yang mendapat status WBTB tahun ini termasuk Wolimomo, Paluwala, Molunggelo, Tidi lo Bituo, dan Mandi Safar Atinggola.

Wolimomo, pakaian tradisional perempuan suku Gorontalo, memiliki peran besar dalam upacara adat, terutama dalam pernikahan. Sementara itu, Paluwala adalah pakaian tradisional pria yang dikenakan dalam resepsi pernikahan.

Selanjutnya, tradisi Molunggelo, yang merupakan tiduran bayi dalam buaian, mewarisi kasih sayang ibu secara turun-temurun.

Tidi lo Bituo, atau Tarian Keris, menggambarkan hak azasi wanita dalam mencari keadilan dan kebenaran dengan bijaksana. Terakhir, tradisi Mandi Safar di Atinggola, dilakukan setiap bulan Safar, berarti membersihkan diri dari sial dan dosa.

Pelestarian budaya daerah adalah fokus utama Penjagub Ismail Pakaya. Salah satu langkah nyata adalah dengan menampilkan musik tradisional Gorontalo secara rutin di halaman rumah jabatan gubernur.

Pertunjukan musik ini diselenggarakan dua minggu sekali pada malam minggu, memungkinkan masyarakat untuk menikmati kesenian tradisional ini dengan bebas.

“Mau ada yang nonton ataupun tidak, tetap isi malam minggu itu dengan kesenian tradisional. Masyarakat bebas keluar masuk ke rumah jabatan supaya bisa menonton atau duduk-duduk sambil mendengarkan atau melihat kesenian tradisional. Saya juga minta kepada Dinas Kominfotik untuk disiarkan secara langsung melalui radio dan media sosial Pemprov Gorontalo,” Ungkap Ismail.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

UMGO