Scroll Untuk Tutup Iklan
Ekonomi

Kekeringan Ancam Hasil Panen Jagung Gorontalo Seluas 46,2 Hektar

387
×

Kekeringan Ancam Hasil Panen Jagung Gorontalo Seluas 46,2 Hektar

Sebarkan artikel ini
Illustrasi

DIGIMEDIA.ID – Kondisi cuaca yang kian mengering membuat seluas 46,2 hektar lahan jagung dari total luasan kurang lebih 1250 hektar di Dungaliyo dan Batudaa, Gorontalo, berpotensi mengalami gagal panen akibat posisi tanam yang memasuki musim kemarau.

Informasi ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Muljady Mario, dalam sebuah pertemuan dengan wartawan dan pimpinan media di Angelato, Selasa malam (22/8/2023).

Muljady menjelaskan, “Kami terus melakukan pemantauan di lapangan, dan hingga saat ini belum ada laporan mengenai gagal panen pada tanaman padi. Namun, untuk tanaman jagung, terdapat kejadian yang telah terjadi di Dungaliyo dan Batudaa.”

Pemerintah setempat juga telah berupaya memberikan perlindungan kepada petani melalui program asuransi.

Muljady mengungkapkan bahwa terdapat tiga jenis asuransi yang ditawarkan, dua di antaranya dibiayai oleh pemerintah.

Untuk usaha tani pemerintah, premi asuransi senilai Rp180 ribu disubsidi sebesar Rp144 ribu, sehingga petani hanya perlu membayar premi sebesar Rp36 ribu.

Dalam kasus gagal panen, petani yang terdaftar dalam program ini akan menerima ganti rugi senilai Rp6 juta.

Namun, untuk tanaman jagung, tidak ada subsidi yang diberikan. Premi asuransi jagung sebesar Rp100 ribu dengan ganti rugi senilai Rp6 juta.

Sementara itu, asuransi ternak sapi menawarkan premi sebesar Rp200 ribu dan ganti rugi senilai Rp10 juta, dengan subsidi Rp160 ribu jika hewan hilang atau diserang penyakit.

“Total luas sawah yang telah mengikuti program asuransi mencapai kurang lebih 32 ribu hektar, di mana 4.250 hektar di antaranya adalah lahan padi,” tambah Muljady.

Dalam situasi ini, Penjagub Ismail Pakaya memberikan saran kepada petani yang menghadapi kesulitan dalam menanam jagung ataupun padi.

Ia merekomendasikan agar para petani beralih ke komoditi lain. Sebagai contoh, ia menyebutkan bahwa di Makassar, petani mengalihkan usaha mereka ke penjualan buah semangka selama musim kemarau, karena tanaman semangka tidak memerlukan banyak air dan lahan yang berair.

Ismail menekankan, “Saat musim kemarau, pasokan bahan pangan cenderung berkurang, yang pada akhirnya mengakibatkan kenaikan harga. Namun, sebagai pemerintah, kita sudah siap menghadapi situasi ini.”

Terkait antisipasi dalam menghadapi kemarau yang berkepanjangan, pemerintah setempat telah mengambil langkah-langkah konkret.

Melalui rapat forkopimda dan kabupaten/kota, telah disepakati untuk menyiapkan posko-posko. Posko ini bertujuan untuk mengumpulkan dan menindaklanjuti laporan terkait kekeringan pada tanaman padi, kelangkaan pasokan air, serta risiko kebakaran rumah dan hutan.(*)

sinar krida

sinar krida

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

UMGO