Scroll Untuk Tutup Iklan
adv
Iklan Gambar

Gagasan Terusan Khatulistiwa yang dicetuskan Fadel Muhammad Kembali Menggema

UMGO
10
Fadel Muhammad saat mengenakan Takoa, baju adat Gorontalo, di Upacara 17 Agustus di Ibu Kota Nusantara

Kunjungi Juga Channel Kami

Google Icon Google News

DIGIMEDIA.ID – “Saya mengusulkan pembangunan Terusan Khatulistiwa. Jika itu berhasil, Gorontalo akan memperoleh keuntungan besar karena pelayaran menuju ibu kota baru akan melalui Gorontalo,” demikian pernyataan Wakil Ketua MPR RI Fadel Muhammad, beberapa tahun silam saat diskusi pembangunan infrastruktur nasional yang terkait pemindahan ibu kota negara (IKN) ke Kalimantan Timur.

Usul ini tidak hanya mencerminkan aspirasi wilayah Timur Indonesia, tetapi juga membawa potensi perubahan besar bagi lanskap ekonomi dan geopolitik di kawasan tersebut.

Dengan pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pemerintah berharap pembangunan yang lebih merata di seluruh Nusantara.

Salah satu dampak yang paling dirasakan nantinya adalah potensi pertumbuhan infrastruktur di wilayah-wilayah sekitar IKN.

Di sinilah usulan pembangunan Terusan Khatulistiwa yang diusung Fadel memainkan peran penting.

Terusan Khatulistiwa yang diusulkan akan menghubungkan Teluk Tomini di Sulawesi dengan Selat Makassar, yang menjadi jalur penting transportasi laut Indonesia.

Kini, dengan momentum IKN, gagasan tersebut kembali mencuat dan mendapatkan relevansi strategis.

Menurut Fadel, terusan ini akan memperpendek jalur pelayaran dari wilayah timur Indonesia, seperti Maluku Utara dan Papua, menuju ibu kota baru, menghemat waktu dan jarak tempuh hingga 200 mil.

Penghematan biaya bahan bakar diperkirakan mencapai Rp1,9 triliun per tahun, sebuah angka yang mencerminkan betapa besar pengaruh terusan ini terhadap efisiensi transportasi laut nasional.

Selain itu, Terusan Khatulistiwa juga akan menjadi jalur penting dalam distribusi barang ke dan dari IKN, membuka akses baru bagi wilayah Timur yang selama ini relatif terisolasi dari pusat-pusat ekonomi di barat.

Namun, terusan ini tidak hanya menawarkan keuntungan ekonomi semata. Proyek ini juga dianggap bisa membawa dampak langsung bagi masyarakat lokal, terutama di Gorontalo, yang diproyeksikan menjadi salah satu daerah penerima manfaat terbesar.

Pelayaran yang melalui terusan ini akan menempatkan Gorontalo dalam posisi strategis, meningkatkan konektivitas dan membuka peluang baru dalam perdagangan dan industri maritim.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah sendiri telah mengusulkan kembali dua opsi untuk pembangunan terusan ini.

Opsi pertama menawarkan panjang terusan 28 kilometer, sementara opsi kedua lebih pendek, yakni 18,5 kilometer.

Terusan ini direncanakan akan membelah daratan Sulawesi Tengah, dari Desa Tambu di Kabupaten Donggala ke Desa Kasimbar di Kabupaten Parigi Moutong, menciptakan jalur baru yang lebih efisien dan terintegrasi.

Dalam konteks pemindahan IKN, gagasan Terusan Khatulistiwa bukan hanya tentang menciptakan jalur baru, tetapi tentang bagaimana infrastruktur ini bisa membawa perubahan jangka panjang bagi pembangunan wilayah-wilayah Indonesia yang selama ini kurang tersentuh oleh pembangunan ekonomi yang merata.

Pembangunan infrastruktur strategis ini akan memperkuat posisi wilayah timur Indonesia sebagai bagian integral dari peta ekonomi nasional.

Seperti yang diungkapkan Fadel Muhammad, “Kalau ini bisa disepakati oleh Silatnas III, kemudian diperjuangkan ke pusat, nantinya pembiayaan proyek ini bisa menggunakan APBN, sebagai proyek pemerintah pusat. Ini harus diperjuangkan untuk mewujudkan visi Gorontalo Emas 2045.”

Dengan kata lain, terusan ini bukan hanya tentang jalur pelayaran, tetapi tentang masa depan Indonesia yang lebih terhubung dan berdaya saing.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


UMGO