Scroll Untuk Tutup Iklan
adv
Iklan Gambar
ADV KTG

Kehilangan 307 Hektar Mangrove Gorontalo Jadi Alarm Bahaya, BPDAS Gelar Pelatihan di Pohuwato

19
×

Kehilangan 307 Hektar Mangrove Gorontalo Jadi Alarm Bahaya, BPDAS Gelar Pelatihan di Pohuwato

Sebarkan artikel ini
UMGO
10
Kepala BPDAS Bone Limboto Bontor Lumbantobing saat memberikan sambutan pada pembukaan Penguatan Kapasitas Kelompok Kerja Mangrove Daerah Provinsi Gorontalo, di Marina Beach Resort, Kabupaten Pohuwato, Rabu (3/12/2025). (Foto : Mila)

Kunjungi Juga Channel Kami

Google Icon Google News

DIGIMEDIA.ID – BPDAS Bone Limboto bersama Direktorat Rehabilitasi Mangrove melalui program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) menggelar penguatan kapasitas Kelompok Kerja Mangrove (KKM) di Marina Beach Resort, Kabupaten Pohuwato, Rabu (3/12/2025).

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan edukasi masyarakat tentang pengelolaan mangrove dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) secara berkelanjutan.

Kepala BPDAS Bone Limboto, Bontor Lumbantobing, menegaskan pentingnya penguatan kapasitas agar masyarakat pesisir memiliki pengetahuan teknis dalam menjaga ekosistem mangrove.

Ia menekankan pentingnya mangrove bagi kehidupan masyarakat pesisir karena mampu menyimpan karbon 4–5 kali lebih banyak dibanding ekosistem lainnya.

Mangrove juga berpotensi menjadi sumber keuntungan ekonomi melalui skema karbon, meskipun regulasinya masih disusun di tingkat pusat.

Bontor juga menyoroti penurunan luas mangrove Gorontalo dari 9.277 hektar pada 2023 menjadi 8.970 hektar pada 2024, atau berkurang sekitar 307 hektar akibat alih fungsi lahan.

“Ini angka kecil secara persentase, tetapi besar secara dampak. Sementara itu, anggaran rehabilitasi dari APBN hanya cukup untuk memperbaiki sekitar 50 hektare dan itu pun belum tentu berhasil,” ujarnya.

Sementara anggaran rehabilitasi dari APBN hanya cukup untuk memperbaiki sekitar 50 hektare, dan hasilnya belum tentu optimal.

Pelatihan yang digelar BPDAS Bone Limboto bersama program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) berlangsung di Marina Beach Resort, Kabupaten Pohuwato, dengan melibatkan akademisi, pemerintah desa, lembaga teknis, dan kelompok masyarakat pengelola mangrove.

Kegiatan ini juga mencakup penyusunan rencana perlindungan dan Peraturan Desa terkait pengelolaan mangrove.

Program ini diharapkan tidak hanya menjaga ketahanan ekosistem mangrove, tetapi juga membuka peluang usaha baru berbasis mangrove bagi masyarakat pesisir Gorontalo, mendukung rehabilitasi ekosistem sekaligus pemberdayaan ekonomi lokal.

Peserta terdiri dari akademisi, pemerintah desa, lembaga teknis, serta kelompok masyarakat pengelola mangrove, semuanya fokus pada rehabilitasi ekosistem dan pemberdayaan masyarakat pesisir.(*)

UMGO