Scroll Untuk Tutup Iklan
adv
Iklan Gambar

Tarif Listrik Turun, Gorontalo Deflasi -1,64 Persen

UMGO
10
Rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah, Selasa (4/2/2025). Rapat tersebut diikuti Pj Gubernur Gorontalo dan jajaran OPD di tempat terpisah melalui zoom meeting. (Foto : Mila)

Kunjungi Juga Channel Kami

Google Icon Google News

DIGIMEDIA.ID – Gorontalo mengalami deflasi, yaitu kondisi ketika harga barang dan jasa mengalami penurunan secara umum, sebesar -1,64 persen pada Januari 2025 secara month to month, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) RI.

Faktor utama yang mendorong deflasi ini adalah penurunan tarif listrik, yang masuk dalam kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.

Kelompok ini mengalami deflasi sebesar -11,08 persen dengan andil terbesar terhadap deflasi keseluruhan, yakni -1,68 persen.

Selain penurunan tarif listrik sebesar 1,69 persen, deflasi di Gorontalo juga dipengaruhi oleh stabilitas harga beberapa komoditas pangan tertentu.

Meskipun ada komoditas yang berpotensi mengalami inflasi, seperti cabai rawit, beras, ayam ras, bawang putih, dan bawang merah, produksi yang tinggi di beberapa sektor mampu menstabilkan harga di pasar.

Kondisi musiman dan siklus ekonomi turut berperan, di mana awal tahun sering kali menjadi periode dengan tingkat konsumsi masyarakat yang lebih rendah dibandingkan bulan-bulan lain, terutama setelah lonjakan belanja pada akhir tahun.

Efisiensi distribusi dan produksi energi juga memberikan dampak signifikan, di mana penyesuaian tarif listrik menekan biaya operasional rumah tangga dan usaha kecil.

Meskipun deflasi dapat mengindikasikan daya beli yang stabil, ada langkah-langkah yang perlu diambil untuk menjaga keseimbangan ekonomi daerah.

Kepala BPS RI, Amalia Adininggar Widyasanti, menekankan bahwa meskipun beberapa harga komoditas masih stabil, cabai rawit tetap perlu diwaspadai karena tingkat inflasinya cukup tinggi.

Pemantauan distribusi dan stok pangan menjelang Ramadan harus diperketat untuk mencegah lonjakan harga yang berlebihan.

“Karena akan menghadapi bulan puasa, ayam ras bawang putih bawang merah perlu kita antisipasi juga,” lanjut Amalia.

Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, mengimbau seluruh daerah untuk menetapkan langkah strategis guna menekan harga barang yang masih di atas Harga Eceran Tertinggi (HET), terutama menjelang bulan puasa.

Selain itu, pemerintah menandatangani nota kesepahaman terkait penyelenggaraan perizinan di daerah guna mengatasi hambatan dalam proses perizinan dan mendukung investasi.

Langkah ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mendorong stabilitas harga dalam jangka panjang.

Deflasi yang dialami Gorontalo pada Januari 2025 lebih banyak dipicu oleh faktor teknis seperti penurunan tarif listrik dibandingkan dengan penurunan daya beli masyarakat.

Namun, Seperti kata Amalia kewaspadaan tetap diperlukan, terutama dalam menghadapi lonjakan permintaan di bulan Ramadan.

Pemerintah dan pemangku kepentingan harus memastikan bahwa harga komoditas penting tetap terkendali, distribusi berjalan lancar, dan kebijakan perizinan serta investasi mampu menopang pertumbuhan ekonomi daerah.(*)

UMGO