DIGIMEDIA.ID – Petani dari Kelompok Tani Mohelumo, Desa Bulalo, Kecamatan Kwandang tengah bersiap menghadapi musim tanam baru.
Setelah sebelumnya sukses memanen varietas Ciherang dengan hasil 6,7 ton per hektar Gabah Kering Panen (GKP), kini mereka menanam varietas Mekongga, padi unggulan yang digadang-gadang memiliki produktivitas lebih tinggi dan ketahanan lebih baik terhadap hama serta penyakit.
Varietas ini bukan sekadar pilihan biasa. Mekongga adalah salah satu varietas padi yang dikembangkan untuk mendukung swasembada pangan nasional.
Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BSIP) Gorontalo, Dr. Sumarni Panikkai, menegaskan bahwa penggunaan varietas unggul seperti Mekongga dapat menjadi solusi untuk meningkatkan hasil panen dan kesejahteraan petani.
“Kami berharap dengan adanya penerapan teknologi pertanian yang sesuai standar, petani dapat memperoleh hasil yang lebih optimal dan berkontribusi dalam pencapaian swasembada pangan,” ujar Sumarni saat menghadiri panen raya dan penanaman perdana di Bulalo.
Varietas Mekongga, Menjanjikan
Sejumlah keunggulan menjadikan Mekongga menarik bagi petani. Dengan potensi hasil panen yang bisa menembus lebih dari 7 ton GPK per hektar, varietas ini dianggap lebih produktif dibandingkan beberapa varietas lain.
Tak hanya itu, Mekongga juga lebih tahan terhadap wereng coklat dan penyakit blas, dua ancaman utama bagi tanaman padi di Indonesia.
Selain ketahanan dan produktivitasnya, Mekongga juga memiliki kualitas beras yang baik.
Teksturnya pulen dan lebih disukai pasar, menjadikannya pilihan strategis bagi petani yang ingin mendapatkan harga jual lebih tinggi.
Biaya Lebih Efisien?
Pemerintah, melalui BSIP Gorontalo dan berbagai lembaga pertanian lainnya, mendorong penggunaan Mekongga sebagai langkah strategis dalam meningkatkan produksi pangan.
“Dengan pendampingan dan penerapan standar yang tepat, kami optimis hasil pertanian di desa ini dapat terus meningkat,” kata Iwan, Ketua Poktan Mohelumo.
Selain itu, ketahanan Mekongga terhadap penyakit dapat mengurangi penggunaan pestisida, sehingga biaya produksi petani menjadi lebih efisien.
Dengan semakin banyak petani yang beralih ke varietas unggul ini, target swasembada pangan semakin mungkin dicapai.
Tantangan Berikutnya…
Mekongga bukan tanpa kekurangan. Meski bisa ditanam di berbagai kondisi, hasil optimalnya masih sangat bergantung pada sistem irigasi yang baik.
Petani yang memiliki lahan tadah hujan mungkin perlu strategi khusus agar produktivitas tetap maksimal.
Selain itu, persaingan dengan varietas yang sudah lama populer, seperti Ciherang, bisa menjadi tantangan tersendiri.
Sebagian petani mungkin saja akan akan ragu mengganti varietas yang sudah terbukti stabil dengan pilihan baru yang belum sepenuhnya mereka kenal.
Namun, Jika hasilnya sesuai ekspektasi, varietas ini berpeluang menjadi pilihan utama petani di gorontalo utara.
Dukungan dari pemerintah dan pendampingan dari BSIP Gorontalo diharapkan mampu membantu petani beradaptasi dengan varietas baru ini.
Dengan demikian, cita-cita mewujudkan swasembada pangan yang lebih kuat di Indonesia akan segera tercapai.(*)