DIGIMEDIA – Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail punya jurus baru buat ningkatin pundi-pundi daerah.
Bukan dari pariwisata, bukan juga dari tambang, tapi dari… limbah medis! Yap, limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dari rumah sakit se-Sulawesi Utara bakal diproses di Gorontalo, dan ini diprediksi bakal jadi sumber cuan segar buat Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Semua berawal dari incinerator, alat pembakar limbah B3 yang dimiliki Gorontalo, hasil hibah dari Kementerian Lingkungan Hidup. Alat ini bisa memusnahkan sampai 200 kilogram limbah per jam, dan kabarnya jadi yang terbesar di Sulawesi.
“Kita ini sudah punya incinerator. Dan Pak Yulius (Gubernur Sulut) berkomitmen seluruh limbah medis dari Sulut bakal dibakar di Gorontalo,” kata Gusnar saat melantik pengurus Dekranasda di Gedung Bele li Mbui, Sabtu (26/4/2025).
Dari sisi bisnis, ide ini cukup legit. Bayangin aja, untuk memusnahkan 1 kilogram limbah medis, harganya sekitar Rp4.500. Kalau yang dikirim satu kontainer penuh dari rumah sakit-rumah sakit Sulut, angka cuannya bisa langsung meledak.
Saat ini, fasilitas kesehatan (Fasyankes) di Gorontalo sendiri menghasilkan sekitar 2.375 kilogram limbah medis setiap harinya. Artinya, dengan tambahan limpahan dari Sulut, kapasitas pengolahan bisa maksimal dan PAD pun ikut terdongkrak.
“Ini sumber PAD. Kalau Sulawesi Utara kirim satu kontainer, bisa dibayangkan berapa pemasukan yang kita dapat,” tambah Gusnar.
Langkah ini juga sejalan dengan tren ekonomi hijau, mengelola limbah dengan standar lingkungan, sambil tetap menghasilkan uang.
Gorontalo, dalam waktu dekat, bakal makin dikenal bukan hanya karena Danau Limboto atau destinasi wisatanya, tapi juga sebagai pusat pengolahan limbah medis terbesar di kawasan timur Indonesia.(HU)