DIGIMEDIA.ID – Setelah bertahun-tahun berperang, pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi dan kelompok Houthi yang didukung Iran akhirnya sepakat untuk menghentikan permusuhan dan memulai proses perdamaian.
Kesepakatan ini dicapai setelah perundingan intensif yang dimediasi oleh utusan khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, yang mengumumkan komitmen kedua belah pihak untuk menerapkan gencatan senjata secara nasional pada Sabtu, 23 Desember 2023.
Gencatan senjata ini diharapkan dapat mengakhiri konflik yang telah menewaskan ratusan ribu orang dan membuat 80% penduduk Yaman bergantung pada bantuan kemanusiaan.
Selain itu, kesepakatan ini juga bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan di Yaman, yang mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia, dengan mengatasi masalah kelaparan, penyakit, dan pengungsi.
Selain gencatan senjata, peta jalan yang disusun oleh PBB juga mencakup langkah-langkah lain untuk memfasilitasi perdamaian dan pemulihan di Yaman,-
Seperti melanjutkan ekspor minyak, membayar seluruh gaji sektor publik, membuka jalan di Taiz dan wilayah lain di Yaman, dan mengurangi pembatasan di Bandara Sanaa dan pelabuhan Hudaydah.
Peta jalan ini juga menetapkan kerangka kerja untuk memulai kembali proses politik inklusif di bawah naungan PBB, yang akan melibatkan semua pihak yang berkepentingan di Yaman.
Kesepakatan ini merupakan hasil dari upaya diplomasi yang dilakukan oleh berbagai pihak, terutama Arab Saudi, Iran, Oman, dan Cina, yang berperan sebagai penengah antara pemerintah Yaman dan Houthi.
Arab Saudi dan Iran, yang merupakan rival regional, baru-baru ini sepakat untuk membangun kembali hubungan mereka dalam kesepakatan yang ditengahi oleh Cina, yang merupakan mitra dagang utama bagi kedua negara.
Kesepakatan ini membuka peluang untuk menyelesaikan konflik di Yaman, yang merupakan medan perang bagi proxy war antara Arab Saudi dan Iran.
Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional dan didukung Arab Saudi menyambut baik kesepakatan ini.
Sementara itu, kelompok Houthi, yang menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman, termasuk ibu kota Sanaa, juga menyatakan komitmennya untuk menghormati gencatan senjata dan berpartisipasi dalam proses politik.
Utusan khusus PBB, Hans Grundberg, mengapresiasi peran penting yang dimainkan oleh Arab Saudi dan Oman dalam mendukung kedua pihak untuk mencapai titik ini.
Dia juga mendesak semua pihak untuk menahan diri secara maksimal pada saat kritis ini untuk memungkinkan terciptanya lingkungan yang kondusif untuk dialog dan keberhasilan tercapainya kesepakatan mengenai peta jalan.
Kesepakatan ini diharapkan dapat membawa perdamaian dan stabilitas di Yaman, yang merupakan salah satu negara termiskin di dunia dan telah mengalami perang saudara sejak 2014.
Gencatan senjata permanen di Yaman juga akan menandai tonggak sejarah dalam menstabilkan Timur Tengah, yang telah dilanda konflik dan ketegangan selama bertahun-tahun.***